Lanjut ke konten

EKSPLORASI IKAN TUNA

November 9, 2011

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah  Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif)  dengan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 5,12 juta ton pertahun atau sekitar  80 persen dari potensi lestari.  Di samping itu juga terdapat potensi perikanan lain yang berpeluang untuk dikembangkan, yaitu (a)  perikanan tangkap di perairan umum seluas  54 juta ha memiliki potensi produksi 0,9 juta ton per tahun; (b) budidaya laut yang  meliputi budidaya ikan, budidaya moluska dan budidaya rumput laut; (c) budidaya air  payau dengan potensi lahan pengembangan  sekitar 913.000 ha; (d)  budidaya air tawar meliputi budidaya di perairan umum, budidaya di kolam air tawar dan budidaya mina padi di sawah; serta (e) bioteknologi kelautan untuk pengembangan industri farmasi, kosmetik, pangan, pakan dan produk-produk non-konsumsi (Departemen Kelautan dan  Perikanan, 2005).

Komposisi kimia ikan tergantung kepada spesies, umur, jenis kelamin dan musim penangkapan serta ketersediaan pakan  di air, habitat dan  kondisi lingkungan.  Kandungan protein dan mineral daging ikan relatif konstan, tetapi kadar air dan kadar  lemak sangat berfluktuasi.  Jika kandungan lemak pada daging semakin besar, kandungan air akan semakin kecil dan sebaliknya.   Ikan, selain dikenal protein yang dikandungnya memiliki komposisi asam  amino yang lengkap, juga diketahui mengandung lemak yang kaya akan asam lemak tak  jenuh jamak atau  polyunsaturated fatty acids (PUFA) yang berkhasiat bagi kesehatan.  Minyak ikan lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh jamak atau  polyunsaturated fatty acids (PUFA).  Asam lemak tak jenuh jamak yang banyak terdapat pada ikan adalah asam lemak omega-3, terutama eikosapentanoat/EPA (C20:5, n-3) dan  asam dokosaheksanoat/DHA (C22:6, n-3) (Irianto, 1993).  EPA dan DHA menyediakan perlindungan terhadap berbagai keadaan, yaitu meliputi peredaran darah, emosional, kekebalan, dan sistem syaraf.  Peradangan seperti rematik, radang sendi, asma, sklerosis ganda, kanker payudara, skizofenia, depresi, dan sejumlah  penyakit ringan memberikan  respon terhadap penggunaan minyak ikan.   Omega-3 juga dapat mencegah pengerasan arteri, menurunkan kadar trigliserida,  dan juga mengurangi kekentalan yang menyebabkan penggumpalan platelet dalam darah (Moneysmith, 2003).  Asam lemak tak jenuh jamak penting lainnya adalah asam linolenat (C18:3, n-3) dan asam linoleat (C18:2, n-6).  Kandungan asam lemak omega-3 bervariasi tergantung pada jenis ikan (Irianto et al, 1995). Pada umumnya komposisi minyak ikan dari ikan laut lebih komplek dan mengandung asam lemak tak jenuh rantai panjang yang relatif lebih banyak dibandingkan dengan ikan air tawar.

1.2  Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui cara mengeksplorasi dan mengidentifikasi Sumber Daya Kelautan, bagaimana potensi ikan tuna untuk kemajuan bangsa serta mengetahui spesies baru dari biota laut Indonesia.

BAB II

ISI

 

2.1 Pengertian Eksplorasi Sumber Daya Hayati

Pengertian istilah sumber daya alam hayati cukup luas, yakni mencakup sumber daya alam hayati, tumbuhan, hewan, bentang alam (landscape) dan sosial budaya. Indonesia memiliki keanekaragaman sumberdaya alam hayati yang berlimpah ruah sehingga dikenal sebagai negara MEGABIODIVERSITY. Keanekaragaman hayatinya terbanyak kedua diseluruh dunia.

Sumber daya alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita. Sumber daya alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain sebagainya. Contoh dasar sumber daya alam seperti barang tambang, sinar matahari, tumbuhan, hewan dan banyak lagi lainnya.

A. Sumber daya alam berdasarkan jenis :
– sumber daya alam hayati / biotik adalah sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup.
contoh : tumbuhan, hewan, mikro organisme, dan lain-lain
– sumber daya alam non hayati / abiotik adalah sumber daya alam yang berasal dari benda mati.
contoh : bahan tambang, air, udara, batuan, dan lain-lain

B. Sumber daya alam berdasarkan sifat pembaharuan :
– sumber daya alam yang dapat diperbaharui / renewable yaitu sumber daya alam yang dapat digunakan berulang-ulang kali dan dapat dilestarikan. contoh : air, tumbuh-tumbuhan, hewan, hasil hutan, dan lain-lain
– sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui / non renewable ialah sumber daya alam yang tidak dapat di daur ulang atau bersifat hanya dapat digunakan sekali saja atau tidak dapat dilestarikan serta dapat punah. contoh : minyak bumi, batubara, timah, gas alam.
– Sumber daya alam yang tidak terbatas jumlahnya / unlimited contoh : sinar matahari, arus air laut, udara, dan lain lain.

C. Sumber daya alam berdasarkan kegunaan atau penggunaannya
– sumber daya alam penghasil bahan baku adalah sumber daya alam yang dapat digunakan untuk menghasilkan benda atau barang lain sehingga nilai gunanya akan menjadi lebih tinggi.
contoh : hasil hutan, barang tambang, hasil pertanian, dan lain-lain
– sumber daya alam penghasil energy adalah sumber daya alam yang dapat menghasilkan atau memproduksi energi demi kepentingan umat manusia di muka bumi. misalnya : ombak, panas bumi, arus air sungai, sinar matahari, minyak bumi, gas bumi, dan lain sebagainya.

2.2 Eksplorasi Sumber Daya Kelautan Indonesia

Eksplorasi, disebut juga penjelajahan atau pencarian, adalah tindakan mencari atau melakukan perjalanan dengan tujuan menemukan sesuatu; misalnya daerah tak dikenal, termasuk antariksa (penjelajahan angkasa), minyak bumi (eksplorasi minyak bumi), gas alam,batubaramineralguaair, ataupun informasi.

Secara umum, sumberdaya kelautan terdiri atas sumberdaya dapat pulih (renewable resources), sumberdaya tidak dapat pulih (non-renewable resources), dan jasa-jasa lingkungan kelautan (environmental services). Sumberdaya dapat pulih terdiri dari berbagai jenis ikan, udang, rumput laut, termasuk kegiatan budidaya pantai dan budidaya laut (mariculture). Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi mineral, bahan tambang/galian, minyak bumi dan gas. Sedangkan yang termasuk jasa-jasa lingkungan kelautan adalah pariwisata dan perhubungan laut. Potensi sumberdaya kelautan ini belum banyak digarap secara optimal, karena selama ini upaya kita lebih banyak terkuras untuk mengelola sumberdaya yang ada di daratan yang hanya sepertiga dari luas negeri ini.

Sampai pada tahun 1998, produksi perikanan laut Indonesia baru mencapai 3.616.140 ton, atau sekitar 58,5 persen dari total potensi lestari sumberdaya perikanan laut yang kita miliki. Dengan demikian masih terdapat 41 persen potensi yang tidak termanfaatkan atau sekitar 2,6 juta ton per tahun. Peluang pengembangan industri perikanan baik dalam skala kecil (perairan nusantara) maupun skala besar (ZEEI dan samudera) dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Ikan pelagis besar seperti tuna, cakalang, marlin, tongkol, tenggiri dan cucut dapat ditangkap di perairan nusantara dan samudera terutama di perairan Laut Banda, Laut Seram sampai Teluk Tomini, Laut Arafura dan Samudera Hindia yang memiliki peluang pengembangan secara lestari sekitar 321.766 ton per tahun.

Ikan pelagis kecil seperti ikan layang, selar, tembang, lemuru, dan kembung dapat ditangkap di perairan nusantara antara lain di perairan Laut Cina Selatan, Selat Makasar dan Laut Flores, Laut Banda, Laut Seram sampai Teluk Tomini, Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik, Laut Arafura dan Samudera Hindia. Peluang pengembangan perikanan ikan pelagis kecil secara lestari masih sekitar 1.715 ribu ton per tahun.

Ikan karang konsumsi seperti kerapu, kakap, lancam, beronang dan ekor kuning berpeluang dikembangkan di sekitar perairan Selat Makasar dan Laut Flores, Laut Banda, dan Laut Seram sampai Teluk Tomini dengan potensi lestari sekitar 31.355 ton per tahun.

Kelompok lobster seperti udang karang dan barong berpeluang dikembangkan di perairan Laut Cina Selatan, Laut Banda, dan Laut Seram sampai Teluk Tomini, dengan potensi sekitar 2.400 ton per tahun.

Kawasan pesisir dan laut Indonesia yang beriklim tropis, banyak ditumbuhi hutan mangrove, terumbu karang, padang lamun (seagrass), dan rumput laut (seaweed). Dengan kondisi pantai yang landai, kawasan pesisir Indonesia memiliki potensi budidaya pantai (tambak) sekitar 830.200 ha yang tersebar di seluruh wilayah tanah air dan baru dimanfaatkan untuk budidaya (ikan bandeng dan udang windu) sekitar 356.308 ha (Ditjen Perikanan 1998). Jika kita dapat mengusahakan tambak seluas 500.000 ha dengan target produksi 4 ton per ha per tahun, maka dapat diproduksi udang sebesar 2 juta ton per tahun. Dengan harga ekspor yang berlaku saat ini (US$ 10 per kilogram) maka didapatkan devisa sebesar 20 milyar dolar per tahun.

Kondisi perairan yang teduh dan jernih karena terlindung dari pulau-pulau dan teluk juga memiliki potensi pengembangan budidaya laut untuk berbagai jenis ikan (kerapu, kakap, beronang, dan lain-lain), kerang-kerang dan rumput laut, yaitu masing-masing 3,1 juta ha, 971.000 ha, dan 26.700 ha. Sementara itu, potensi produksi budidaya ikan dan kerang serta rumput laut adalah 46.000 ton per tahun dan 482.400 ton per tahun. Dari keseluruhan potensi produk budidaya laut tersebut, sampai saat ini hanya sekitar 35 persen yang sudah direalisasikan. Potensi sumberdaya hayati (perikanan) laut lainnya yang dapat dikembangkan adalah ekstrasi senyawa-senyawa bioaktif (natural products), seperti squalence, omega-3, phycocolloids, biopolymers, dan sebagainya dari microalgae (fitoplankton), macroalgae (rumput laut), mikroorganisme, dan invertebrata untuk keperluan industri makanan sehat (healthy food), farmasi, kosmetik, dan industri berbasis bioteknologi lainnya. Padahal bila dibandingkan dengan Amerika Serikat yang memiliki potensi keanekaragaman hayati laut yang jauh lebih rendah dibandingkan Indonesia, pada tahun 1994 sudah meraup devisa dari industri bioteknologi kelautan sebesar 40 milyar dolar

 

2.3 Metode Eksplorasi dan Identifikasi Sumber Daya Kelautan

Untuk menunjang eksplorasi dan eksploitasi sumberdaya laut, dapat digunakan teknologi akustik bawah air (underwater acoustics). Teknologi ini dikenal luas denagn sebutan teknologi akustik yang tidak lain adalah penggunaan gelombang suara yang dalam dunia navigasi disebut Sonar atau Echosounder dan sejenisnya. Dengan pendekatan fungsi, Sonar atau Echo sounder pada teknologi navigasi dapat disetarakan dengan penggunaan Radar untuk pendeteksian objek di permukaan air.

Metode Penangkpan Ikan Tuna

Teknologi yang digunakan dalam pemanfaatan sumber daya tuna disesuaikan dengan sifat dan tingkah laku ikan sasaran. Tuna merupakan ikan perenang cepat yang bergerombol. Oleh karena itu, alat penangkap ikan yang digunakan haruslah yang sesuai dengan perilaku ikan tersebut. Ada lima macam alat penangkap tuna, yaitu rawai tuna, huhate, handline. pukat cincin, dan jaring insang.

Rawai tuna (tuna longllne)
Rawai tuna atau tuna longline adalah alat penangkap tuna yang paling efektif. Rawai tuna merupakan rangkaian sejumlah pancing yang dioperasikan sekaligus. Satu tuna longliner biasanya mengoperasikan 1.000 – 2.000 mata pancing untuk sekali turun.

Rawai tuna umumnya dioperasikan di laut lepas atau mencapai perairan samudera. Alat tangkap ini bersifat pasif, menanti umpan dimakan oleh ikan sasaran. Setelah pancing diturunkan ke perairan, lalu mesin kapal dimatikan. sehingga kapal dan alat tangkap akan hanyut mengikuti arah arus atau sering disebut driftingDriftingberlangsung selama kurang lebih empat jam. Selanjutnya mata pancing diangkat kembali ke atas kapal.

Umpan longline harus bersifat atraktif. misalnya sisik ikan mengkilat, tahan di dalam air, dan tulang punggung kuat. Umpan dalam pengoperasian alat tangkap ini berfungsi sebagai alat pemikat ikan. Jenis umpan yang digunakan umumnya ikan pelagis kecil, seperti lemuru (Sardinella sp.), layang (Decopterus sp.), kembung (Rastrelliger sp.), dan bandeng (Chanos chanos).

Huhate (pole and line)
Huhate atau pole and line khusus dipakai untuk menangkap cakalang. Tak heran jika alat ini sering disebut “pancing cakalang”. Huhate dioperasikan sepanjang siang hari pada saat terdapat gerombolan ikan di sekitar kapal. Alat tangkap ini bersifat aktif. Kapal akan mengejar gerombolan ikan. Setelah gerombolan ikan berada di sekitar kapal, lalu diadakan pemancingan.

Terdapat beberapa keunikan dari alat tangkap huhate. Bentuk mata pancing huhate tidak berkait seperti lazimnya mata pancing. Mata pancing huhate ditutupi bulu-bulu ayam atau potongan rafia yang halus agar tidak tampak oleh ikan. Bagian haluan kapal huhate mempunyai konstruksi khusus, dimodifikasi menjadi lebih panjang, sehingga dapat dijadikan tempat duduk oleh pemancing. Kapal huhate umumnya berukuran kecil. Di dinding bagian lambung kapal, beberapa cm di bawah dek, terdapat sprayer dan di dek terdapat beberapa tempat ikan umpan hidup. Sprayer adalah alat penyemprot air.

Pemancingan dilakukan serempak oleh seluruh pemancing. Pemancing duduk di sekeliling kapal dengan pembagian kelompok berdasarkan keterampilan memancing.

Pemancing I adalah pemancing paling unggul dengan kecepatan mengangkat mata pancing berikan sebesar 50-60 ekor per menit. Pemaneing I diberi posisi di bagian haluan kapal, dimaksudkan agar lebih banyak ikan tertangkap.

Pemancing II diberi posisi di bagian lambung kiri dan kanan kapal. Sedangkan pemancing III berposisi di bagian buritan, umumnya adalah orang-orang yang baru belajar memancing dan pemancing berusia tua yang tenaganya sudah mulai berkurang atau sudah lamban. Hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat pemancingan dilakukan jangan ada ikan yang lolos atau jatuh kembali ke perairan, karena dapat menyebabkan gerombolan ikan menjauh dari sekitar kapal.

Umpan yang digunakan adalah umpan hidup, dimaksudkan agar setelah ikan umpan dilempar ke perairan akan berusaha kembali naik ke permukaan air. Hal ini akan mengundang cakalang untuk mengikuti naik ke dekat permukaan. Selanjutnya dilakukan penyemprotan air melalui sprayer. Penyemprotan air dimaksudkan untuk mengaburkan pandangan ikan, sehingga tidak dapat membedakan antara ikan umpan sebagai makanan atau mata pancing yang sedang dioperasikan. Umpan hidup yang digunakan biasanya adalah teri (Stolephorus spp.).

Pancing ulur (handline)
             Handline atau pancing ulur dioperasikan pada siang hari. Konstruksi pancing ulur sangat sederhana. Pada satu tali pancing utama dirangkaikan 2-10 mata pancing secara vertikal. Pengoperasian alat ini dibantu menggunakan rumpon sebagai alat pengumpul ikan. Pada saat pemancingan, satu rumpon dikelilingi oleh lima unit kapal, masing-masing kapal berisi 3-5 orang pemancing. Umpan yang digunakan adalah ikan segar yang dipotong-potong. Hasil tangkapan utama pancing ulur adalah tuna (Thunnus spp.).

 

Pukat cincin (purse seine)
Pukat cincin atau purse seine adalah sejenis jaring yang di bagian bawahnya dipasang sejumlah cincin atau gelang besi. Dewasa ini tidak terlalu banyak dilakukan penangkapan tuna menggunakan pukat cincin, kalau pun ada hanya berskala kecil.

Pukat cincin dioperasikan dengan cara melingkarkan jaring terhadap gerombolan ikan. Pelingkaran dilakukan dengan cepat, kemudian secepatnya menarik purse line di antara cincin-cincin yang ada, sehingga jaring akan membentuk seperti mangkuk. Kecepatan tinggi diperlukan agar ikan tidak dapat meloloskan diri. Setelah ikan berada di dalam mangkuk jaring, lalu dilakukan pengambilan hasil tangkapan menggunakan serok atau penciduk.

Pukat cincin dapat dioperasikan siang atau malam hari. Pengoperasian pada siang hari sering menggunakan rumpon atau payaos sebagai alat bantu pengumpul ikan. Sedangkan alat bantu pengumpul yang sering digunakan di malam hari adalah lampu, umumnya menggunakan lampu petromaks.

             Gafa et al. (1987) mengemukakan bahwa payaos selain berfungsi sebagai alat pengumpul ikan juga berfungsi sebagai penghambat pergerakan atau ruaya ikan, sehingga ikan akan berada lebih lama di sekitar payaos. Uktolseja (1987) menyatakan bahwa payaos dapat menjaga atau membantu cakalang tetap berada d lokasi pemasangannya selama 340 hari.

Jaring insang (gillnet)
Jaring insang merupakan jaring berben tuk empat persegi panjang dengan ukuran mata yang sama di sepanjang jaring. Dinamakan jaring insang karena berdasarkar cara tertangkapnya, ikan terjerat di bagian insangnya pada mata jaring. Ukuran ikan yang tertangkap relatif seragam.

            Pengoperasian jaring insang dilakuka secara pasif. Setelah diturunkan ke perairan, kapal dan alat dibiarkan drifting, umumnya berlangsung selama 2-3 jam. Selanjutnya dilakukan pengangkat jaring sambil melepaskan ikan hasil tangkapan ke palka.

Untuk mengatasi berbagai permasalahan pemanfaatan sumber daya laut ini, dibutuhkan suatu model pengelolaan yang kolaboratif yang memadukan antara unsur masyarakat pengguna (kelompok nelayan, pengusaha perikanan, dll) dan pemerintah yang dikenal dengan Co-management yang menghindari peran dominan yang berlebihan dari satu pihak dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut sehingga pembiasaan aspirasi pada satu pihak dapat dieliminasi. Melalui model ini, pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut dilaksanakan dengan menyatukan lembaga-lembaga terkait terutama masyarakat dan pemerintah serta stakeholder lainnya dalam setiap proses pengelolaan sumberdaya, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pengawasan. Pembagian tanggung jawab dan wewenang antar stakehoder dapat terjadi dalam berbagai pola,

Dalam jangka panjang, pelaksanaan Co-management ini diyakini akan memberikan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik yaitu:

  • Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya sumberdaya pesisir dan laut dalam menunjang kehidupan.
  • Meningkatkan kemampuanmasyarakat, sehingga mampu berperan serta dalam setiap tahapanpengelolaan secara terpadu.
  • Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan bentuk-bentuk pemanfaatan yang lestari dan berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.

Monitoring yaitu mengawasi dan mengamati pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan. Adapun sarana yang telah dikembangkan adalah MCS (Monitoring, Control and Surveillance), dan VMS (Vessel Monitoring Sistem), selain armada-armada untuk patroli (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003). Lebih lanjut, MCS meliputi aspek monitoring, control dansurveil lance. Aspek monitoring mencakup kegiatan dan analisis data untuk menilai kelimpahan (abundance) dan tingkat pemanfaatan sumber daya ikan (penangkapan, penanganan dan pemrosesan serta pengangkutan hasil tangkapan). Aspek control mencakup penyusunan/pemberlakuan peraturan dan perundang-undangan perijinan, pembatasan jumlah dan jenis kapal penangkap dan alat tangkap, zonasi penangkaan dan lain-lain. Sementara itu, VMS merupakan suatu sistem pemantauan yang bertujuan untuk mempermudah inspeksi kapal-kapal di laut dengan cara mengidentifikasi kapal, memonitor posisi kapal ikan yang beroprasi di perairan Indonesia, aktivitas kapal, jenis dan hasil tangkapan serta informasi lainnya yang diperlukan untuk pengendalian sumber daya kelautan dan perikanan.

 

2.4. Ikan Tuna

Tuna adalah ikan laut yang terdiri dari beberapa spesies dari famili Scombridae, terutama genus Thunnus. Ikan ini adalah perenang handal (pernah diukur mencapai 77 km/jam). Tidak seperti kebanyakan ikan yang memiliki daging berwarna putih, daging tuna berwarna merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin dari pada ikan lainnya. Beberapa spesies tuna yang lebih besar, seperti tuna sirip biru (Thunnus thynnus), dapat menaikkan suhu darahnya di atas suhu air dengan aktivitas ototnya. Hal ini menyebabkan mereka dapat hidup di air yang lebih dingin dan dapat bertahan dalam kondisi yang beragam. Kebanyakan bertubuh besar, tuna adalah ikan yang memiliki nilai komersial tinggi (Anonim. 2010).

2.4.1 Taksonomi Ikan Tuna

 Menurut Saanin (1984), klasifikasi ikan Tuna adalah sebagai berikut :

Kerajaan          : Animalia

Filum               : Chordata

Kelas               : Actinopterygii

Ordo                : Perciformes

Famili              : Scombridae

Genus              : Thunnus

2.4.2 Morfologi Ikan Tuna

Ikan Tuna termasuk dalam keluarga Scombroidae, tubuhnya seperti torpedo disebut fusiform sedikit memipih di sisi-sisinya dan dengan moncong meruncing. mempunyai dua sirip pungung, sirip depan yang biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang. Mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Sirip dada terletak agak ke atas, sirip perut kecil, sirip ekor bercagak agak ke dalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Tubuh ikan Tuna tertutup oleh sisik-sisik kecil, berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya, sebagian besar memiliki sirip tambahan yang berwarna kuning cerah dengan pinggiran berwarna gelap (Ditjen Perikanan, 1983). Di kedua sisi batang ekor masing-masing terdapat dua lunas samping berukuran kecil; yang pada beberapa spesiesnya mengapit satu lunas samping yang lebih besar. Tubuh kebanyakan dengan wilayah barut badan (corselet), yakni bagian di belakang kepala dan di sekitar sirip dada yang ditutupi oleh sisik-sisik yang tebal dan agak besar. Bagian tubuh sisanya bersisik kecil atau tanpa sisik. Tulang-tulang belakang (vertebrae) antara 31–66 buah.

Aspek yang luar biasa dari fisiologi tuna adalah kemampuannya untuk menjaga suhu tubuh lebih tinggi daripada suhu lingkungan. Sebagai contoh, tuna sirip biru dapat mempertahankan suhu tubuh 75-95 °F (24-35 °C), dalam air dingin bersuhu 43 °F (6 °C). Namun, tidak seperti makhluk endotermik seperti mamalia dan burung, ikan tuna tidak dapat mempertahankan suhu dalam kisaran yang relatif sempit.

Tuna mampu melakukan hal tersebut dengan cara menghasilkan panas melalui proses metabolisme. Rete mirabile, jalinan pembuluh vena dan arteri yang berada di pinggiran tubuh, memindahkan panas dari darah vena ke darah arteri. Hal ini akan mengurangi pendinginan permukaan tubuh dan menjaga otot tetap hangat. Ini menyebabkan tuna mampu berenang lebih cepat dengan energi yang lebih sedikit.

2.4.3.JENIS-JENIS IKAN TUNA:

Ada lebih dari 48 spesies tuna. Marga Thunnus sendiri memiliki 9 spesies:

Di samping itu, masih ada beberapa anggota marga lain dari suku Scombridae yang juga digolongkan sebagai tuna:

  • Allothunnus fallai (Serventy, 1948).
  • Auxis rochei (Risso, 1810).
  • Auxis tongolis (Bonnaterre, 1788).
  • Auxis thazard (Lacepede, 1800), tongkol krai.
  • Euthynnus affinis (Cantor, 1849), tongkol como.
  • Euthynnus alletteratus (Rafinesque, 1810).
  • Euthynnus lineatus (Kishinouye, 1920).
  • Gymnosarda unicolor (Rüppell, 1836).
  • Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758), cakalang.
  • Thunnus lineaus (Temminck & Schlegel, 1844).

Berikut merupakan jenis – jenis ikan tuna yang ada di perairan Indonesia menurut Nontji (2002) ada lebih dari 48 spesies Tuna. Marga Thunnus sendiri memiliki 9 spesies, diantaranya:

1. Tuna Sirip Biru
Nama Lain: Bluefin Tuna, Giant Tuna, Horse Mackerel
Jenis: Thunnus thynnus
Ukuran: Umumnya 100-300 kg, kadang mencapai 450 kg
Karakter: Petarung yang tangguh dilaut dalam. Diantara keluarga Tuna, Tuna Sirip Biru adalah yang terbesar dan petarung yang paling tangguh dikarenakan ukurannya yang sangat besar.

2. Tuna Sirip Kuning
Nama Lain: Yellowfin Tuna, Allison Tuna, Ahi
Jenis: Thunnus albacres
Ukuran: Umumnya lebih dari 100 kg, maximum bisa mencapai 200 kg
Karakter: Petarung yang tangguh kedua setelah Tuna Sirip Biru dan hanya dikarenakan oleh ukurannya yang lebih kecil dibandingkan dengan Tuna Sirip Biru. Hidup di perairan yang bersuhu 17-31o  C.

3. Tuna Mata Besar
Nama Lain: Bigeye Tuna
Jenis: Thunnus obesus
Ukuran: Umumnya 25-500 kg, kadang mencapai 150 kg
Karakter: Ukuran Tuna yang baik dan perlawanan yang setara dengan ukurannya.

4. Tuna Gigi Anjing
Nama Lain: Dogtooth Tuna, Scaleless Tuna, Peg tooth Tuna
Jenis: Gymnosarda unicolor
Ukuran: Umumnya berkisar 150 kg

5. Tuna Sirip Panjang
Nama Lain: Albacore, Longfin Tuna
Jenis: Thunnus alalunga
Ukuran: Umum 5-25 kg, kadang mencapai 40 kg lebih
Karakter: Dikenal karena kegigihannya, bahkan diantara keluarga Tuna yang tangguh sekalipun.

6. Tuna Sirip Hitam
Nama Lain: Blackfin Tuna, Bermuda Tuna, Football
Jenis: Thunnus altanticus
Ukuran: Umum 1-10 kg, kadang mencapai 20 kg lebih

7. Tuna Skipjack (Jenis Tongkol)
Nama Lain:Skipjack Tuna, Oceanic Bonito, Arctic Bonito, Striped Tuna, Watermelon
Jenis: Katsuwonus pelamis
Ukuran: Umum 1-5 kg, sering mencapai 7,5 kg lebih

8. Tuna Kecil (Jenis Tongkol)
Nama Lain:Little Tunny, Blue Bonito, False Albacore, Little Tuna
Jenis: Euthynnus alletteratus
Ukuran: Umum 1-7,5 kg, sering mencapai 15 kg lebih

9. Bonito Atlantic (Jenis Tongkol)
Nama Lain: Atlantic Bonito, Northern Bonito, Katonotel, Boston Mackerel
Jenis: Sarda sarda
Ukuran: Umum 2-5 kg, maximum bisa mencapai 10 kg.

Adapun jenis – jenis ikan tuna yang biasa dibudidayakan :

Pada dasarnya semua jenis tuna dapat dibudidayakan. Namun teknologi budidaya yang ada untuk saat ini masih terbatas pada jenis pemeliharaan tuna yang ditangkap/diperoleh dari alam, sementara teknologi pemeliharaan tuna yang berasal dari pemijahan buatan belum berhasil karena rendahnya tingkat kelangsungan hidup. Ada 7 jenis tuna yang dapat dibudidayakan yakni

Bluefin tuna (Thunnus thynnus); Southern bluefin tuna (Thunnus maccoyii ); blackfin tuna (Thunnus atlanticus), Yellowfin tuna (Thunnus albacares),  Albacore (Thunnus alalunga), Tuna mata besar (Thunnus obesus) dan tuna ekor panjang (Thunnus tonggol ).

  • Bluefin tuna

Dikenal pula sebagai “giant tuna” karena jenis ini memiliki tubuh terbesar (bisa mencapai 500 kg) pada golongan ikan tuna. Ikan ini memiliki wilayah distribusi yang luas dibelahan bumi utara, sejumlah besar tertangkap diperairan lautan jepang, dari atlantik utara dan dari laut mediteranian. Untuk wilayah Jepang, ikan tuna hasil budidaya dikapalkan dari Wakayama, Okinawa dan Amami-Oshima; juga beberapa negara seperti Spanyol, Turki dan Meksiko mengekspor tunanya ke jepang. Pemilihan kualitas harga ditentukan oleh kulaitas daging dan warna.  Tuna toro atau belly adalah bagian daging tuna yang paling popular di jepang yang harganya bisa beberapa kali lipat dari bagian daging tuna lainnya.

  • Southern Bluefin Tuna

Di Jepang dikenal sebagai “Indian tuna”, ikan ini mirip dengan bluefin tuna hanya sedikit lebih kecil, yang paling besar dapat mencapai panjang 2 meter dan berat kurang dari 200 kg. Wilayah sebarannya meliputi belahan dunia selatan yang bisa ditangkap di wilayah perairan sekitar Australia, Selandia Baru dan Afrika Selatan. Australia mengekspor sekitar 8000 ton ke jepang. Telah dibudidayakan di daerah selatan Australia, tepatnya di Port Lincoln. Kualitas dagingnya mirip dengan bluefin tuna dan seperti halnya bluefin tuna, dagingnya dimanfaatkan sebagai sushi dan sashimi bernilai tinggi.

  • Tuna mata besar

Wilayah sebarannya cukup luas yang tersebar mulai dari daerah tropis hingga ke daerah beriklim empat kecuali laut mediteranian.  Disebut ikan tuna mata besar sebab memiliki ukuran  mata yang besar. Mereka bermigrasi musiman pada daerah selatan, samudera pasifik ,lautan hindia dan utara , Lautan Atlantik untuk mencari makanan dan memijah. Ia lebih kecil dari bluefin tuna. Jumlah hasil tangkapan adalah yang terbanyak dibanding jenis ikan tuna lainnya.  Karena jumlahnya yang banyak, harga ikan ini lebih murah dibanding bluefin tuna. Ukuran panjang tuna mata besar berkisar antara 20 – 37 inchi dan dapat hidup panjang lebih dari 9 tahun.  Mereka dapat memijah sepanjang tahun dalam gerombolannya dengan menghasilkan telur pada induk betina berkisar antara 3 – 6 juta telur. Ikan ini biasa makan pada malam hari dari jenis ikan (mackerel),  cumi-cumi, udang yang ada dipermukaan hingga kedalaman 500 kaki

  • Yellow-finned Tuna

Tuna sirip kuning tersebar di daerah tropis di seantero dunia. Di Jepang mereka hidup di perairan hangat pada pertemuan arus panas di Hokkaido dan dapat ditangkap pada awal musim panas saat  bluefin tuna sedikit.  Philipina dan Guam mengekspor jenis tuna ini ke jepang. Dinamakan yellowfin karena pada sisi samping dan sirip ikan ini berwarna kuning.  jumlahnyadan pertemuan arus Umumnya yellowfin tuna dimanfaatkan untuk ikan tuna kaleng dan harganya lebih rendah dari tuna albacore.

  • Albacore atau Long-finned Tuna

Memiliki beberapa nama seperti Pasifik albacore, tombo dan “tuna putih”, tersebar luas pada perairan hangat dunia di utara Pasifik dan Kepulauan Hawaii. Mereka mempunyai daging yang agak kemerahan, namun sebagian besar dagingnya berwarna agak putih seperti susu semisal ayam saat dimasak. Umumnya ikan ini dimanfaatkan untuk ikan kaleng tuna putih. Akhir-akhir ini ukuran tuna yang tertangkap lebih kecil, dan ditangkap pada pasang tinggi, pada suhu perairan dingin. Daging tuna ini dijual di restoran-restoran sushi Jepang dan dikenal dengan nama bintoro.

2.4.4. Penyebaran ikan tuna di Indonesia

Tuna adalah ikan perenang cepat dan hidup bergerombol(schooling) sewaktu mencari makan. Kecepatan renang ikan dapat mencapai 50 km per jam. Kemampuan ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan penyebarannya dapat meliputi skala ruang (wilayah geografis yang cukup luas), termasuk diantaranya beberapa spesies yang dapat menyebar dan bermigrasi lintas samudera. Pengetahuan mengenai penyebaran tuna sangat penting artinya bagi usaha penangkapannya.

Jenis tuna menyebar luas di seluruh perairan tropis dan subtropis. Penyebaran jenis tuna tidak dipengaruhi oleh perbedaan garis bujur tetapi dipengaruhi oleh garis lintang. Di samudera Hindia dan Atlantik menyebar di antara 40LU  dan 40LS (Collete dan Nauen, 1983). Khususnya di Indonesia (Uktolseja et al., 1991), tuna hampir didapatkan menyebar di seluruh perairan Indonesia. Di Indonesia bagian barat meliputi Samudera Hindia, sepanjang pantai utara dan timur Aceh, pantai barat Sumatera, selatan Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Di perairan Indonesia bagian timur meliputi Laut Banda Flores, Halmahera, Maluku, Sulawesi, perairan Pasifik di sebelah utara Irian Jaya dan Selat Makasar.

Distribusi ikan tuna di laut sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari lingkungan. Faktor internal meliputi jenis(genetis), umur dan ukuran, serta tingkah laku(behaviour). Perbedaan genetis ini menyebabkan perbedaan dalam morfologi, respon fisiologis, dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Faktor eksternal merupakan faktor lingkungan, di antaranya adalah parameter oseanografis seperti suhu, salinitas, densitas dan kedalaman lapisan thermoklin, arus dan sirkulasi massa air, oksigen dan kelimpahan makanan. Kedalaman renang tuna bervariasi tergantung dari jenisnya. Umumnya tuna dapat tertangkap di kedalaman 0-400 meter. Salinitas perairan yang disukai berkisar antara 32-35 ppt atau di perairan oseanik. Suhu perairan berkisar 17 -31 C.

Madidihang ( Thunnus Albacares) tersebar hampir di seluruh perairan Indonesia. Panjang Madidihang bisa sampai 2 meter (Uktolsejaet al., 1991). Jenis tuna ini menyebar di perairan dengan suhu berkisar antara 17-31C dengan suhu optimum berkisar antara 19-23C (Nontji, 1987), sedangkan suhu yang baik untuk kegiatan penangkapan berkisar antara 20-28C (Uda, 1952 vide Laevastu dan Hela, 1970).

Tuna mata besar (Thunnus obesus) menyebar dari Samudera Pasifik melalui perairan di antara pulau-pulau di Indonesia  sampai di Samudera Hindia. Ikan ini terutama ditemukan di perairan sebelah selatan jawa, sebelah barat daya Sumatera Selatan, Bali, Nusa Tenggara, Laut Banda dan laut Maluku. Menurut Uda (1952) dalam Laevastu dan Hela (1970), tuna mata besar merupakan jenis yang memiliki toleransi suhu yang paling besar, yaitu berkisar antara 11-28C dengan kisaran suhu penangkapan antara 18-23C.

Sebaran tuna Albakora(Thunnus Alalunga) sangat dipengaruhi oleh suhu. Jenis ini menyenangi suhu yang lebih rendah. Albakora juga memiliki ukuran yang relatif kecil dibanding dengan dua jenis tuna di atas. Tuna sirip biru(Thunnus maccoyi) didapatkan menyebar hanya di belahan bumi selatan. Oleh karena itu jenis ini sering disebut sebagai southern bluefin tuna. Ikan ini tidak terlalu banyak tertangkap oleh nelayan Indonesia.

2.4.5. MANFAAT KOMERSIAL

Tuna merupakan ikan komersial, dan merupakan komoditas perikanan tangkap yang penting. Manfaat ikan tuna antara lain :

  1. Sebagai ikan konsumsi

Ikan tuna merupakan ikan konsumsi yang mempunyai nilai komersial yang tinggi, karena ikan tuna merupakan jenis ikan dengan kandungan protein yang sangat tinggi namun memiliki kandungan lemak yang rendah. Tuna mengandung protein berkisar antara 22,6 – 26,2 g/100 g daging. Lemak antr 0,2 – 2,7 g/100 g daging. Selain itu tuna mengandung mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A, dan vitamin B

Dalam kelompok ikan tuna, bagian yang dapat dimakan berkisar antara 50 -60 %. Kadar protein daging putih tuna lebih tinggi daripada daging merahnya. Namun sebaliknya, ikan tuna memiliki kadar lemak daging yang lebih rendah dari daging merahnya.

Ikan tuna memiliki nilai jual yang sangat tinggi dan termasuk jenis ikan yang paling banyak dicari dan dicuri dari perairan Indonesia, disebabkan karena rasanya yang lezat.

  1. Olahraga memancing

jenis-jenis ikan tuna yang biasa menjadi target olahraga memancing adalah madidihang, tuna mata besar, tuna-tuna sirip biru dan tatihu, albakor, dan cakalang.

MANFAAT NON KOMERSIAL

selain manfaat komersial, ikan tuna juga memiliki manfaat non komersial diantaranya yaitu manfaat ekologi. Ikan tuna memiliki peranan penting dalam rantai makanan, terutama karena ikan ini suka bermigrasi secara kelompok sehingga momen ini digunakan oleh pemangsa lain untuk mendapatkan makanan dan bertahan hidup.

2.4.6. IKAN TUNA JENIS BARU

Belum ditemukan lagi

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

 

3.1. Kesimpulan

  • Jenis tuna menyebar luas di seluruh perairan tropis dan subtropis. Penyebaran jenis tuna tidak dipengaruhi oleh perbedaan garis bujur tetapi dipengaruhi oleh garis lintang.
  • Distribusi ikan tuna di laut sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik faktor internal dari ikan itu sendiri maupun faktor eksternal dari lingkungan. Faktor internal meliputi jenis(genetis), umur dan ukuran, serta tingkah laku(behaviour). Perbedaan genetis ini menyebabkan perbedaan dalam morfologi, respon fisiologis, dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Faktor eksternal merupakan faktor lingkungan, di antaranya adalah parameter oseanografis seperti suhu, salinitas, densitas dan kedalaman lapisan thermoklin, arus dan sirkulasi massa air, oksigen dan kelimpahan makanan.
  • Ikan tuna merupakan ikan konsumsi yang mempunyai nilai komersial yang tinggi, karena ikan tuna merupakan jenis ikan dengan kandungan protein yang sangat tinggi namun memiliki kandungan lemak yang rendah. Tuna mengandung protein berkisar antara 22,6 – 26,2 g/100 g daging. Lemak antr 0,2 – 2,7 g/100 g daging. Selain itu tuna mengandung mineral kalsium, fosfor, besi dan sodium, vitamin A, dan vitamin B.

3.2. Saran

            Kita harus mengadakan penelitian tentang distribusi ikan tuna di Indonesia. Karena untuk sekarang ini ikan tuna belum dimanfaatkan dengan baik di Indonesia. Sehingga kita dapat mengekspor ikan tuna ini ke Negara-negara luar.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Tuna

http://ikanmania.wordpress.com/2007/12/30/teknologi-penangkapan-ikan-tuna/

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/09/jenis-jenis-ikan-tuna-budidaya.html

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/02/jenis-jenis-ikan-tuna-di-indonesia.html

http://www.abon-tuna.com/2011/09/manfaat-dan-gizi-ikan-tuna/

 

 

 

4 Komentar leave one →
  1. BUYINGACCUTANE permalink
    November 22, 2011 3:09 am

    GENERIC ACCUTANE 10MG IN UK WITHOUT PRESCRIPTION – accutane commercials

  2. SYNTHROIDBUY permalink
    November 27, 2011 10:39 pm

    [b]ORDER SYNTHROID mcg IN NEW ZEALAND ONLINE CHEAP[/b]
    25 mg synthroid

  3. Januari 26, 2012 9:21 am

    Excellent goods from you, man. EKSPLORASI IKAN TUNA Darmadi's Blog Berbagi Informasi Dalam Inovasi I have understand your stuff previous to and you’re just extremely great. I actually like what you’ve acquired here, certainly like what you are saying and the way in which you say it. You make it entertaining and you still care for to keep it sensible. I can’t wait to read much more from you. This is actually a great EKSPLORASI IKAN TUNA Darmadi's Blog Berbagi Informasi Dalam Inovasi informations.

  4. Februari 11, 2012 9:58 am

    Wonderful goods from you, man. EKSPLORASI IKAN TUNA Darmadi's Blog Berbagi Informasi Dalam Inovasi I’ve understand your stuff previous to and you’re just too wonderful. I actually like what you have acquired here, certainly like what you’re stating and the way in which you say it. You make it entertaining and you still take care of to keep it wise. I cant wait to read far more from you. This is really a great EKSPLORASI IKAN TUNA Darmadi's Blog Berbagi Informasi Dalam Inovasi informations.

Tinggalkan komentar